Jangan abai bila menemukan benjolan di tubuh Anda.

Dokter Johan mengatakan bila terdapat benjolan, perhatikan konsistensi benjolan. Pertama, pastikan terlebih dahulu, apakah benjolan menimbulkan rasa nyeri atau tidak. Kedua, lakukan pemeriksaan konsistensi, benjolan tersebut diraba dan digoyang dengan dasarnya.

 

"Benjolan itu akan menjadi sesuatu yang serius dalam arti perlu ditindak lanjuti secara detail, apabila benjolan itu cenderung terfiksasi atau terikat dengan dasarnya. Ketika kita berusaha menggoyangkan benjolan itu, benjolan itu tidak tergoyahkan," paparnya.

 

Untuk konsistensi, ketika diraba rasakan benjolan tersebut, apakah lunak atau kenyal. "Untuk kasus yang akan dirasakan benjolan yang bisa nyeri atau tidak, ketika dipegang itu kenyal, tidak keras. Terasa tapi tidak terlalu keras atau kenyal istilah saya," ujarnya.

 

Jika sudah ada benjolan seperti itu maka sebaiknya langsung lakukan pemeriksaan. Jangan menunggu lebih lama lagi.  "Karena seperti kita ketahui limfoma hodgkin adalah salah satu jenis kanker dan sifat kanker itu lebih mudah berkembang. Jangan diobati dengan obat apa dulu, langsung ditindak," ujarnya.

 

Pengobatan

Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), jenis pengobatan limfoma hodgkin di antaranya  kemoterapi, terapi target, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan imunoterapi.

Dokter Johan menjelaskan pengobatan inovatif seperti terapi target dapat menjadi pilihan pengobatan. Brentuximab vedotin merupakan terapi target yang terdiri dari gabungan antibodi monoklonal dan MMAE. Antibodi monoklonal ini hanya menargetkan sel kanker yang memiliki CD30 pada permukaannya. MMAE merupakan zat penghancur sel kanker.

 

Pada penelitian yang melibatkan 102 pasien Limfoma Hodgkin dari berbagai negara, terapi target menggunakan Brentuximab vedotin diberikan pada pasien yang sudah tidak merespons terhadap kemoterapi dan transplantasi sel punca. "Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi target dapat memberikan angka harapan hidup hingga 40,5 bulan,” jelas dokter Johan.

 

Setelah pengobatan selesai, pasien perlu melakukan kontrol berkala dalam lima tahun pertama setiap 3-6 bulan selama 1-2 tahun, kemudian setiap 6-12 bulan selama tiga tahun, selanjutnya setiap setahun sekali.

 

Dari sisi akses pengobatan, berdasarkan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), negara dengan pendapatan nasional yang lebih rendah memiliki ketersediaan obat anti-kanker yang lebih rendah, termasuk terapi target. Hal ini menimbulkan perbedaan pada angka harapan hidup pasien kanker di berbagai negara.

 

Berbagai strategi dapat diterapkan untuk meningkatkan akses terhadap obat kanker, seperti mengurangi biaya pengembangan, meningkatkan keandalan (reliability) rantai pasokan global, serta menyediakan program bantuan pasien.

Empat Stadium

Pada umumnya gejala yang muncul berupa pembesaran kelenjar bening di leher, ketiak, atau pangkal paha.

Kanker merupakan penyakit yang mematikan. Salah satu kanker yang harus diwaspadai adalah limfoma hodgkin yang merupakan kanker pada sistem kelenjar getah bening.

 

Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik, dr Johan Kurnianda, SpPD KHOM menjelaskan sistem kelenjar getah bening adalah kumpulan jaringan dan organ yang membantu tubuh menyerang infeksi dan penyakit. Menurut Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, terdapat 1.188 kasus limfoma hodgkin di Indonesia. Sebagian besar pasien terdiagnosis limfoma hodgkin pada rentang usia 15-30 tahun dan pada usia 55 tahun ke atas.

 

Menurutnya, faktor risiko dari limfoma hodgkin belum dapat diketahui. Namun sekitar 40 persen kasus limfoma hodgkin diasosiasikan dengan adanya infeksi Epstein-Barr Virus (EBV). Selain itu ada pula faktor risiko seperti penurunan sistem imun. “Orang dengan penyakit autoimun atau mengonsumsi obat penekan sistem imun, lebih berisiko terkena limfoma hodgkin,” jelasnya.

 

Faktor risiko lainnya adalah riwayat keluarga inti dengan limfoma hodgkin. Seseorang yang memiliki keluarga inti dengan limfoma hodgkin berisiko lebih tinggi untuk terkena. Penyakit ini pun lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Penyakit ini juga menyerang kelompok usia tertentu yaitu usia 15-30 tahun serta usia lebih dari 55 tahun).

 

"Pada umumnya gejala yang muncul berupa pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha," ujar dokter dari Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Penyakit Dalam FK UGM/RSUP dr. Sardjito dalam diskusi media bertajuk Limfoma Hodgkin: dari Tantangan Menuju Harapan.

 

Gejala ini dapat disertai gejala lain seperti demam lebih dari 38 derajat Celcius, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot badan lebih dari 10 persen bobot badan selama enam bulan. Selain itu, bisa juga muncul gejala lain seperti gatal-gatal, kelelahan yang luar biasa, dan mengalami reaksi yang buruk terhadap alkohol.

Berdasarkan stadiumnya, limfoma hodgkin dibagi empat stadium.

alexandr podvalny/unsplash

top

ucas vasques/unsplash

Diagnosis Tepat, Harapan Sembuh Tinggi

Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) cabang Jakarta, dr Ronald Alexander Hukom, SpPD-KHOM, MHSc, FINASIM menjelaskan limfoma hodgkin adalah adalah salah satu jenis kanker dengan harapan sembuh tinggi. Meskipun penyakit ini lebih dapat disembuhkan dibanding banyak jenis kanker lainnya, masalah diagnosis yang tepat, serta pilihan kombinasi dan dosis obat selalu harus diperhatikan dengan baik.

 

“Kita juga harus mengingat bahwa, bahkan ketika dapat disembuhkan, perawatan untuk mengendalikan limfoma hodgkin sangat menantang. Untuk mencapai harapan hidup atau survival yang tinggi, diperlukan pengobatan inovatif dengan akses yang mudah agar tercapai hasil yang optimal,” tambahnya.

 

Penegakan diagnosis limfoma hodgkin sendiri dilakukan melalui beberapa pengujian.

Pertama, wawancara medis dan pengecekan riwayat kesehatan, yaitu pengecekan B symptoms, pengecekan gejala lain, serta pengecekan benjolan pada leher, ketiak, limpa, dan hati.

 

Kedua adalah pemeriksaan lab darah.

 

Ketiga, biopsi dan uji imunohistokimia (IHK). Menurutnya cara terbaik untuk mendiagnosis limfoma hodgkin adalah dengan mengangkat satu atau lebih kelenjar getah bening dan diuji menggunakan proses khusus.

 

Keempat, untuk mendiganosis penyakit ini bisa dengan pemeriksaan radiologi (PET/CT scan). PET/CT Scan digunakan untuk staging (penentuan stadium) berdasarkan area penyebaran sel kanker dan respon pasien terhadap pengobatan.

FREEPIK

Mengenal

Limfoma Hodgkin